Metode Konversi Bisnis Konvensional Menjadi Bisnis Sesuai Syariah (1/2)
Pada bagian pertama artikel dua seri ini, insya Allah kita akan mengulik lebih dalam tentang seperti apa metode mengkonversikan bisnis konvensional yang tidak sesuai syariah menjadi usaha yang sejalan dengan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang Islami. Semoga bermanfaat.
DAFTAR ISI
1. Memahami Makna Konversi Bisnis Syariah
Konversi maknanya adalah perubahan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Istilah konversi mungkin lebih sering kita dengar dalam disiplin ilmu sains seperti fisika dan kimia. Ketika dikatakan konversi maka pikiran kita boleh jadi langsung tertuju kepada konversi energi, dengan pemahaman perubahan dari suatu bentuk energi ke bentuk energi lain.
Jika demikian pemahaman kita, maka memang demikianlah arti kata dari konversi. Konversi artinya adalah perubahan bentuk, rupa dan sebagainya kepada bentuk, rupa dan sebagainya yang berbeda dengan bentuk dan rupa asalnya.
Tentu saja sebuah konversi diharapkan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Kita tentu saja tidak mengharapkan perubahan yang terjadi pada diri atau bisnis kita ke arah yang lebih buruk. Oleh karena itu tujuan perubahan atau konversi tentu saja ke arah yang lebih baik. Dalam bahasa agama, bisa juga kita sebut hijrah.
Konversi (hijrah) bisnis syariah adalah perubahan dari bisnis yang tidak sesuai syariah menjadi bisnis yang sesuai syariah secara total. Untuk terwujudnya perubahan (konversi) tersebut terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
-
Sewa Domain, Hosting, dan VPS untuk Proyek Digital Anda!
-
Sewa Domain, Hosting, Hingga VPS untuk Proyek Digital Anda!
-
Tingkatkan SEO Website Dengan Ribuan Weblink Bebagai Topik!
-
Mau Hemat Biaya Transfer Antar Bank dan Isi Saldo e-Wallet?
1) Kondisi Bisnis Yang Tidak Ideal (Tidak Sesuai Syariah)
Kondisi bisnis yang tidak sesuai syariah ini adalah kondisi suatu usaha di bidang apa saja yang secara keseluruhan atau sebagian aktivitas bisnisnya tidak sesuai syariah Islam.
Ketidaksesuaian sebuah bisnis dengan syariah bisnis boleh jadi karena bisnis tersebut batil atau fasad (rusak).
Dalam kondisi batilnya sebuah bisnis, terdapat dua kemungkinan kondisi yang terjadi, yaitu:
- karena memang bisnis tersebut haram untuk dilakukan seperti bisnis yang berhubungan dengan riba.
- Bisnis yang batil karena akad usahanya batil seperti usaha yang didirikan dengan obyek bisnis yang dilarang syariah seperti menjual kepemilikan umum, memproduksi patung dan lain sebagainya dari obyek yang telah diharamkan syariah.
Sebuah bisnis dapat dikatakan sebagai bisnis yang batil jika pada aktivitas inti bisnisnya (business core activities) terjadi kebatilan aktivitas.
Sedangkan dalam kondisi fasadnya sebuah bisnis, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, yaitu:
- Fasad yang sangat buruk yaitu kefasadan terjadi pada akad berdirinya usaha, yaitu terjadinya ketidaksempurnaan akad seperti terjadi ke-majhul-an (ketidakjelasan) kerjasama baik dari sisi waktu, kompensasi bagi hasil dan yang semisalnya, atau tadlis (penipuan) atau ikrah (paksaan).
- Fasad yang buruk yaitu yang terjadi pada sebagian aspek-aspek usaha sedangkan yang lainnya sesuai syariah, seperti mempekerjakan pekerja yang tidak sesuai syariah, tidak mengeluarkan zakat usaha perdagangannya dan lain-lain yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas inti perusahaan.
Setelah diketahui pada level mana ketidak idealan suatu bisnis maka proses perubahan bisa diarahkan menjadi konversi yang sifatnya sangat mendasar (inqilabiyah) untuk usaha yang batil atau hanya berupa perbaikan-perbaikan (islahiyah) untuk menghilangkan yang fasad-fasad dalam usahanya.
2) Kondisi Bisnis Ideal (Bisnis Sesuai Syariah)
Bisnis yang ideal adalah bisnis yang sesuai dengan syariah Islam. Bisnis yang didalamnya tidak terdapat hal-hal yang fasad apalagi yang batil. Kondisi bisnis yang sesuai syariah ini harus menjadi tujuan dari perubahan (konversi) yang dilakukan. Oleh karenanya seorang konsultan bisnis syariah harus memahami bagaimana model bisnis syariah yang akan ditujunya dalam konversi tersebut.
Akan terdapat model syariah yang berbeda untuk jenis usaha yang berbeda sesuai dengan proses bisnis dan aktivitas usahanya. Namun, tetap ada standar umum syariah yang bisa diperlakukan untuk semua jenis usaha. Model bisnis yang dibentuk oleh seorang konsultan bisnis syariah akan menjadi role model (uswah) bagi bisnis yang akan dikonversi tersebut. Keberadaan model bisnis syariah untuk usaha yang akan di konversi adalah sesuatu yang wajib bagi kita sebagai konsultan konversi bisnis syariah.
3) Metode Konversi Bisnis Syariah
Setelah diketahui kondisi kekinian (business present condition) dari suatu usaha yang akan di konversi dan telah dibuatkan model bisnis idealnya yang sesuai syariah (future condition to achieve) maka langkah selanjutnya adalah menyusun metode atau jalan perubahan yang harus ditempuh (convertion planning) oleh pengusaha untuk memperoleh kondisi bisnis syariah yang diinginkan tersebut.
Rencana perubahan (conversion planning) tersebut bisa jadi secara keseluruhan bersifat inqilabiyah atau islahiyah. Namun, bisa juga merupakan gabungan dari inqilabiyah pada suatu bagian sedangkan pada bagian yang lain hanya bersifat islahiyah.
Setelah dibuat convertion planning selanjutnya adalah melakukan implementasi perubahan yang tentu saja harus didukung 100% oleh pemilik usaha. Pada proses implementasi ini pendampingan seorang konsultan sangat diperlukan untuk mengawal perubahan tersebut.
Sebab, dalam perjalanannya insyaAllah tidak selalu mulus. Pendampingan secara ruhiyah akidah dan solusi-solusi alternatif di tengah jalan menjadi sesuatu yang harus dijalani oleh para konsultan bisnis syariah. Pada kondisi ini seorang konsultan akan menjadi mentor syariah bagi pemilik usaha maupun para pekerjanya.
2. Perancangan Bisnis
Sebelum melakukan konversi bisnis seorang konsultan bisnis syariah harus memahami karakter-karakter atau sifat-sifat dari suatu usaha. Dalam kaitan konversi bisnis syariah, untuk mengatakan sebuah bisnis tidak sesuai syariah pada level-levelnya, apakah batil atau fasad, maka harus dapat dijelaskan alasannya oleh seorang konsultan bisnis syariah dengan dalil-dalil syar’i yang terperinci.
Agar dapat secara menyeluruh memahami sebuah bisnis, maka jalan berpikir lahirnya sebuah bisnis harus menjadi pemahaman yang melekat bagi semua konsultan bisnis syariah. Sebab ketidak sesuaian suatu bisnis dengan syariah disebabkan oleh proses perancangan bisnisnya yang tidak sesuai syariah.
Dalam disiplin ilmu perancangan bisnis, setiap bisnis yang sedang berjalan saat ini dapat dipahami proses kelahirannya melalui fase-fase perancangan utama sebuah bisnis sebagai berikut:
-
Jasa Pembuatan Aplikasi Smartphone (Gawai) Android OS
-
Jasa Pembuatan Hingga Kustomasi Aplikasi Berbasis Website
-
Pembuatan Aplikasi Berbasis Web Sistem Manajemen Sekolah
-
Jasa Backlink DoFollow Berkualitas Dari Berbagai Topik
1) Ide Bisnis; Product Identification
Sebuah bisnis pertama kali lahir melalui sebuah ide. Ide bisnis tidak harus lahir dari diri kita pribadi. Ide bisnis juga bisa lahir dari orang lain di sekitar kita bahkan dari lingkungan kita. Tidak sedikit bisnis yang sukses berkat ide yang lahir dari luar diri kita. Ide bisa lahir dari kebutuhan pasar atau ide bisnis juga bisa lahir karena inovasi kreatif. Bahkan ide bisnis juga bisa lahir karena adanya peluang dan kesempatan.
Ide dari bisnis biasanya berupa sebuah produk yang dapat dipasarkan (marketbale). Jika sebuah produk yang marketable sudah teridentifikasi dengan jelas maka sebuah usaha akan segera dapat dibangun. Suatu bisnis lahir karena adanya produk yang marketable, baik produk itu berupa materi (barang) atau imateri (jasa atau konsep-konsep pengetahuan).
Produk barang akan menghasilkan usaha industri atau distribusi, sedangkan produk yang imateri akan menghasilkan usaha-usaha di bidang jasa. Ide bisnis akan suatu produk yang akan dipasarkanlah yang akan menghantarkan seseorang untuk mendirikan usaha atau tidak.
2) Perencanaan Investasi Usaha (Investment Planning)
Setelah ditemukan suatu produk (product identification) yang akan dipasarkan. Dan telah diyakini produk tersebut marketable, langkah selanjutnya adalah merencanakan untuk mendirikan usaha atas produk tersebut. Apakah cukup dengan modal dan kerja sendiri atau membutuhkan modal dan kerja sama dengan orang lain. Keputusan pebisnis dalam merencanakan jenis investasinya akan menentukan bentuk usahanya kedepan.
Apakah usaha tersebut merupakan perusahaan milik pribadi ataukah perusahaan itu milik bersama dengan orang lain. Banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam memutuskan perencanaan investasi (investment planning) ini, namun hasil dari keputusan terhadap investasi tersebut akan menjadi penentu penyusunan perencanaan aspek-aspek bisnis berikutnya.
3) Perencanaan Pemasaran (Marketing Plan)
Perencanaan pemasaran fokus pada strategi penjualan produk. Dalam perencanaan pemasaran pemasaran akan diperoleh informasi tentang jumlah target market, kondisi persaingan, metode penjualan dan lain-lain yang kesemuanya akan berujung kepada kesimpulan seberapa banyak kapasitas penjualan yang direncanakan akan diraih. Dengan kata lain berapa banyak produk yang nantinya direncanakan mampu untuk dijual.
Dalam perancangan suatu bisnis perencanaan pemasaran biasanya dilakukan lebih dahulu dibandingkan melakukan perancangan aspek bisnis yang lain. Terdapat beberapa alasan yang logis untuk melakukan hal ini, antara lain:
- Pertama, keyakinan seseorang untuk membangun bisnisnya akan lebih kuat jika ia meyakini bahwa ia mampu menjual produknya.
- Kedua, pihak lain yang ingin berinvestasi ke dalam bisnis tersebut juga akan lebih percaya jika ia meyakini kemampuan menjual dari bisnis tersebut. Semua itu akan bisa ditunjukkan oleh perancangan pemasaran produk tersebut.
- Ketiga, dalam perancangan pemasaran akan diketahui seberapa banyak produk yang mampu dijual, seberapa banyak pula produk yang harus disediakan. Informasi ini akan menjadi sandaran untuk merencanakan aspek-aspek bisnis lainnya seperti bagaimana produk tersebut dibuat atau diadakan, menggunakan apa produk tersebut akan dibuat, berapa banyak jumlah pekerja dan waktu yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas produksi tersebut (production planning), agar dapat berjalan efektif bagaimana struktur dan manajemen bisnisnya (organizational planning), berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk menjalankan produksi, pemasaran dan organisasi bisnis tersebut (financial Planning). Jadi perencanaan pemasaran menjadi landasan dalam merencanakan aspek-aspek lainnya dalam bisnis.
-
Gap Year With Quran: 1 Tahun Mutqin 30 Juz
-
Healing With Quran: 1 Bulan Bersama Al Quran
-
Pesantren Tahfidz SMP/SMA: 3 Tahun Mutqin 30 Juz
-
Berikan Pahala Umroh Untuk Anggota Keluarga Yang Telah Tiada!
4) Perencanaan Produksi (Production Planning)
Production planning akan dirancang terlebih dahulu sebelum merancang organisasi bisnis dan keuangan. Sebab dari hasil perencanaan produksi akan diperoleh data-data yang diperlukan bagi perencanaan organisasi dan keuangan. Pada perencanaan produksi ini kita akan memperoleh informasi bagaimana produk dibuat atau diadakan. Adakah cara-cara (teknik) khusus dalam pembuatannya. Apakah diperlukan peralatan atau teknologi khusus dalam membuatnya. Berapa lama waktu pembuatannya. Serta berapa banyak pekerja yang dibutuhkan untuk membuatnya.
Perencanaan produksi juga akan menjadi pertimbangan bagi pebisnis apakah perusahaan yang akan dibangunnya mampu menyediakan produk dengan kapasits yang paling optimal terhadap kebutuhan pemasarannya.
5) Perencanaan Organisasi Usaha (Organization Planning)
Perencanaan atau perancangan organisasi dibuat untuk memastikan bahwa organisasi tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien. Aktivitas-aktivitas bisnis yang lahir di setiap aspek bisnis membutuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu yang harus disiapkan. Pengelolaan sumber daya manusia untuk mengelola atau menjalankan bisnis harus dirancang disini. Dari perekrutan tenaga kerja, pengaturan pekerjaan, struktur jabatan dan lain-lain harus dapat dijelaskan dalam perancangan organisasi bisnis ini.
6) Perencanaan Keuangan (Financial Planning)
Semua akivitas-aktivitas yang terjadi pada setiap aspek perencanaan bisnis di atas tentu saja membutuhkan pembiayaan. Untuk itulah perencanaan keuangan disusun agar dapat diketahui seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha tersebut.
Dari sini akan diperoleh informasi tentang seberapa banyak dana investasi yang diperlukan untuk menjalankan bisnis tersebut. Berapa banyak keuntungan yang mungkin diperoleh.
Berapa lama kembali modal yang mungkin dicapai dan hal-hal lain terkait dengan pembiayaan dan keuangan usaha.
Keenam hal inilah yang merupakan aspek-aspek utama dalam perencanaan lahirnya bisnis.
Dengan memahami hal ini kita dapat memahami proses dan aktivitas bisnis secara utuh. Berikut adalah langkah-langkah sistematis dalam merancang bisnis:
Gambar 1. Skema Aktivitas dan Hasil Perancangan Bisnis
Bersambung ke bagian dua ...
Sumber: eBook Metode Konversi Bisnis Syariah bag 1 karya Ustadz Fauzan Al Banjari.
RuangMuamalah.id didukung oleh pembaca. Kami dapat memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Komisi afiliasi ini kami gunakan untuk pengelolaan website. Terima kasih.
Ikuti kami juga di Google News Publisher untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru dari gawai Anda.