Skip to main content
Ilustrasi Ruang Kantor

Standar Syariah Pada Aspek Pembuatan Visi, Misi dan Aktivitas Usaha

Informasi tentang kelayakan sebuah organisasi dan manajemen yang akan menjalankan suatu perusahaan pada disiplin ilmu perancangan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan yang akan didirikan benar-benar dapat berjalan dengan sukses karena berada di bawah kendali orang-orang dan sistem manajemen bisnis yang baik.

DAFTAR ISI

Organisasi adalah perangkat keras dari manajerial bisnis yang terdiri dari orang-orang yang memiliki tugas dan wewenang yang akan memastikan bisnis berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Sedangkan manajemen adalah perangkat lunak yang menjiwai organisasi bisnis. Fungsi-fungsi bisnis akan dapat diarahkan dengan benar jika manajemen yang diterapkan tepat untuk bisnis tersebut.

Oleh karena pentingnya aspek ini dalam sebuah perusahaan, maka standar syariah juga penting untuk diperhatikan jika perusahaan menginginkan bisnisnya dikelola dengan benar sesuai syariah.

Standar syariah yang perlu diperhatikan pada aspek ini adalah pada aspek pembentukan organisasi bisnis dan bagaimana mengarahkan fungsi-fungsi manajemen bisnis agar sesuai dengan syariah Islam.

Setiap bisnis tentu saja menginginan kesuksesan. Kesuksesan Identik dengan pencapaian kebahagiaan bagi seseorang. Kebahagiaan akan dirasakan oleh seseorang jika ia telah merasa berhasil mencapai tujuan (visi) yang diinginkan dengan menyelesaikan misi yang diembannya.

Di sinilah kemudian sangat penting bagi kita untuk memahami visi dan misi seorang muslim dalam kehidupannya termasuk dalam bisnisnya.

Karena, puncak kesuksesan tertinggi (ultimate success) adalah sebuah proses mengumpulkan kemenangan-kemenangan kecil secara kontinyu dalam pencapaian puncak visi tertinggi (the ultimate vision).

Sebagai seorang muslim, tentu saja kita memiliki visi dan misi yang khas dalam kehidupan. Visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Allah SWT bagi kita semua makhluk ciptaan-Nya. Telah banyak buku yang membahas tentang visi dan misi hidup manusia di muka bumi.

Iklan Afiliasi

Semua muslim sepakat bahwa puncak visi hidup (the ultimate vision) mereka adalah memperoleh ridha Allah SWT dan puncak misi hidup (the ultimate mission) mereka adalah beribadah kepada Allah SWT saja.(1)

Implementasinya bagaimana?

Seorang muslim memiliki pandangan hidup yang khas bahwa hidup tidak hanya di dunia ini saja, tetapi kehidupan yang sejati adalah di akhirat kelak.

Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan kepada kita untuk dapat memanfaatkan semaksimal mungkin kehidupan dunia ini dengan ibadah (menjalankan misi) untuk mencapai keridha’an Allah pada kehidupan akhirat (mencapai visi puncak).

Kita diperintahkan untuk beramal sebaik-baiknya dan memberikan karya sebaik-baiknya di dunia dalam rangka meraih ridha Allah (ultimate vision). Ini adalah total vision dan total mission yang dibangun berlandaskan keimanan yang kokoh dan benar.

Visi dan misi hidup seorang muslim divisualisasikan pada gambar 1.

Gambar 1 Muslim Total Vision

Gambar 1. Muslim Total Vision

Dari gambar 1 tersebut kita dapat melihat bahwa hidup kita di dunia ini ibarat sebuah titik pada sebuah garis panjang tak berhingga. Sebuah tempat dan waktu yang sangat singkat dibandingkan dengan akhirat yang kekal abadi.

Setiap aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan di dunia ini akan menentukan tempat kembali setiap orang di akhirat kelak.

Jika seorang muslim hendak memperoleh kehidupan akhirat yang bahagia (surga) maka kehidupan seorang muslim di dunia wajib berjalan dalam koridor ibadah kepada Allah SWT.

Definisi ibadah disini adalah setiap amal atau aktivitas yang mendapatkan ridha-Nya. Awal keberadaan manusia adalah kelahirannya didunia (kehidupan) dan akhir keberadaannya di dunia adalah kematiannya.

Allah menciptakan atas mereka kehidupan dan kematian dengan satu tujuan yaitu untuk melihat siapa diantara mereka yang paling baik amalnya.

Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang melakukan amal ihsan. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (TQS. Al-Mulk [67]: 1-2)

Perbuatan atau aktivitas yang dilihat Allah (mendapat ridha Allah) disebut dengan ‘amal ihsan yaitu amal perbuatan yang dilakukan dengan niat hanya kepada Allah (niat ikhlas) disertai dengan kesesuaian amal perbuatan tersebut dengan hukum syara’ (perbuatan yang sesuai tuntunan syariat).

Iklan Afiliasi

Amal yang baik jika tidak dilakukan dengan keikhlasan tidak akan diterima. Sebaliknya, amal baik yang disertai dengan keikhlasan namun tidak dijalankan sesuai dengan syariat Islam juga tidak diterima. Contohnya, zakat mal (harta) adalah sebuah perbuatan yang baik.

Namun, jika ia tidak diniatkan karena Allah maka akan menjadi perbuatan sia-sia.

Begitupun zakat mal yang diniatkan karena Allah namun dilaksanakan tidak sesuai ketentuan syariatnya (baik kadar dan waktunya) serta diserahkan kepada yang tidak berhak menerimanya, maka amal tersebut tertolak.

Rasulullah saw. Bersabda;

Sesungguhnya (semua) perbuatan (amal) itu sangat bergantung (kesahihan dan kesempurnaannya) kepada niat”. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan sesuatu yang (sesuai) dengan niatnya...” (HR. Bukhari dan Muslim)

Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak didasarkan pada ketentuan kami, maka ia tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim).

Barangsiapa yang mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak akan memperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya”. (HR. Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban, dan al-Hakim).

Seorang ulama yang hidup di masa Abdul Malik bin Marwan, Sa’id bin Jubair, pernah mengatakan:

Tidak diterima suatu perkataan kecuali disertai amal, tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai niat, dan tidak akan diterima perkataan, amal dan niat kecuali disesuaikan dengan sunnah Nabi saw.”

Begitu pentingnya ihsan dalam beramal ini, sampai-sampai Imam Malik mengatakan:

Sunnah Rasulullah saw itu ibarat perahu nabi Nuh. Siapa yang menumpanginya ia akan selamat; sedangkan yang tidak, akan tenggelam.”

Jadi, syarat diterimanya berbagai aktivitas yang diridhoi oleh Allah ada dua, yaitu:

  1. Niat hanya karena Allah SWT,
  2. Sesuai dengan aturan yang telah Allah turunkan kepada Nabi-nya yaitu Muhammad SAW (syari’at Islam).

Demikian pula untuk membangun sebuah bisnis yang beyond the excellence, maka kita harus memiliki visi dan misi tertinggi disertai dengan aktivitas terbaik untuk mencapai visi dan misi tersebut.

Sebuah bisnis yang super ekselen memiliki standar visi dan misi yang total, yaitu visi dan misi bisnis yang selaras dengan visi dan misi penciptaan manusia.

Keseriusan dan keistiqomahan setiap pebisnis untuk selalu menyelaraskan visi bisnisnya (big vision) dan visi hidupnya (ultimate vision)-lah yang sesungguhnya akan menjadi puncak kesuksesan tertingginya (the ultimate success).

Seberapa besarpun visi bisnis yang hendak ia bangun, maka visi tersebut harus selaras dengan visi penciptaan dirinya sebagai hamba Allah, yaitu visi tersebut wajib sesuai dengan kriteria diterimanya aktivitas (amal) oleh Allah SWT.

Iklan Afiliasi

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt berfirman kepada malaikat yang diserahi urusan rizki bani Adam:

Hamba manapun yang kalian dapati cita-citanya hanya satu, yaitu semata-mata untuk kehidupan akhirat, jaminlah rizkinya di langit dan di bumi; dan hamba manapun yang kalian dapati mencari rizkinya dengan jujur karena berhati-hati dalam mencari keadilan, berilah ia rizki yang baik dan mudahkanlah ia; dan jika ia telah melampaui batas kepada selain itu, biarkanlah ia sendiri mengusahakan apa yang dikehendakinya. Kemudian dia tidak akan mencapai lebih dari apa yang Aku tetapkan untuknya.” (HR. Abu Na’im dari Abu Hurairah ra).

Hadits ini merupakan janji Allah kepada orang-orang yang selalu berorientasi akhirat dalam setiap perbuatannya. Allah akan memberikan rizki dan memudahkan urusan mereka. Pengertian hadits ini sejalan dengan firman Allah Swt :

Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya, dan memberikan rizki dari sumber yang tiada disangka-sangka; dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan segala urusan, dan benar-benar Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (TQS. At-Thalaq [65]: 2-3)

Sedangkan bagi mereka yang tidak mempedulikan kehidupan akhirat. Dan tujuan hidupnya bercabang-cabang sehingga jauh dari tujuan akhirat itu maka Allah tidak akan mempedulikan kebinasaannya dibagian manapun di dunia ini.

Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Rasulullah SAW:

Barangsiapa yang mempunyai hanya satu keinginan yaitu (akhirat) niscaya Allah SWT. akan mencukupkan kehidupan yang diinginkannya di dunia. Dan barangsiapa yang keinginannya bercabang Allah tidak akan meperdulikan kebinasaannya di lembah manapun di dunia ini”. (HR. Hakim, Baihaqi dan Ibnu Majah dari Ibnu ‘Umar)

Bagi orang-orang yang melampaui batas-batas hukum Allah, menyalahi cita-cita akhirat dan tujuan yang lurus, yaitu menumpahkan perhatiannya hanya tertuju kepada dunia belaka, hingga cita-citanyapun hanya satu yaitu menumpuk kekayaan di dunia, sedangkan untuk bekalnya dikehidupan kelak tidak dihiraukannya.

Maka Allahpun tidak akan menghiraukannya. Dan dia tidak akan memperoleh keberhasilan lebih dari apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT baginya. Jika demikian, maka perhatian seorang pebisnis seharusnya adalah pada visi total hidupnya.

Visi dan misi merupakan pondasi dalam perancangan organisasi dan manajemen usaha. Visi dan misi bisnis yang benar dan selaras dengan visi dan misi hidup seorang muslimlah yang akan mampu membawa organisasi bisnis mencapai puncak kesuksesannya.

Untuk mewujudkannya maka seluruh aktivitas harus di desain sebaik mungkin dan harus sesuai dengan syariat Islam.

Untuk tercapainya visi dan misi tersebut maka tidak ada jalan lain bagi seorang muslim kecuali mencelupkan setiap aktivitas hidup yang dilakukannya ke dalam standar keridha’an Allah Sang Maha Kaya.

Shibghah (celupan) Allah. dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 138).

 

Wallahu a'lam bish showaab.

 

Bahan Rujukan

  1. Lihat QS. Adz-Dzariyat: 56

 

Sumber: eBook Standar Syariah Pada Aspek Organisasi Bag 2 karya Ustadz Fauzan Al Banjari.

 

RuangMuamalah.id didukung oleh pembaca. Kami dapat memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Komisi afiliasi ini kami gunakan untuk pengelolaan website. Terima kasih.

Ikuti kami juga di Google News Publisher untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru dari gawai Anda.

#KonversiBisnisSyariah, #ArtikelUstadzFauzanAl-Banjari, Standarisasi Syariah, Organisasi & Manajemen