Mentransformasi Diri Di Bulan Suci Ramadhan (Tulisan Ke-7A)
Bulan Suci Ramadhan terus melaju dan hari ini telah memasuki hari ke tujuh. Semoga amal ibadah kita selama ini diridhoi oleh Allah sebagai amal sholeh, bekal untuk kebahagiaan hakiki dan selamanya di surga, aamiin.
Jangan lupa juga, semoga Ramadhan 1444 H ini membawa kita kepada perubahan pribadi yang lebih positif, produktif dan konstributif. Perubahan hakiki adalah menuju level ketaqwaan dan perubahan itu harus diusahakan, bukan ujug-ujug datang sendiri.
Kali ini kita akan mendiskusikan tema Ramadhan Transformatif dalam tiga hal yakni: perubahan konsumsi, perubahan zonasi dan perubahan informasi.
Ketiganya akan kita bahas satu persatu agar fokus dan bisa kita wujudkan selama menjalankan ibadah puasa dan terus akan berlangsung pasca Ramadhan.
DAFTAR ISI
Sewa Domain, Hosting, dan VPS untuk Proyek Digital Anda! Sewa Domain, Hosting, Hingga VPS untuk Proyek Digital Anda! Tingkatkan SEO Website Dengan Ribuan Weblink Bebagai Topik! Mau Hemat Biaya Transfer Antar Bank dan Isi Saldo e-Wallet?Iklan Afiliasi
Transformasi Perubahan Konsumsi Di Bulan Suci Ramadhan
Ibadah puasa itu tidak akan bisa dilepaskan dari aktifitas sahur dan buka puasa dimana aktivitas utamanya adalah makan dan minum. Aktivitas keduanya kita sebut dengan istilah konsumsi fisik.
Puasa itu mengajarkan kesabaran dan ketaatan kepada perintah Allah dna menjauhi larangan Allah. Makanan halal sekalipun tidak boleh dimakan saat menjalankan puasa, apalagi makanan dan atau minuman haram.
Saat berbuka puasa dengan sedikit makan dan minum saja, rasanya perut ini sudah kenyang, betul kan ?
Hal ini menegaskan bahwa Ramadhan mengajarkan kepada kita agar tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Islam mengajarakan konsumsi itu halal dan thoyib serta tidak berlebihan.
Nah mestinya Ramadhan ini memberikan pelajaran kepada kita agar mengatur dan mengubah pola konsumsi.
"Halal" dan "Thoyyibah" adalah dua kata dalam bahasa Arab yang memiliki makna yang berbeda, namun seringkali digunakan bersama-sama dalam konteks makanan dan minuman dalam Islam.
"Halal" berarti "dibolehkan" atau "sesuai syariah Islam", dan mengacu pada makanan atau minuman yang halal dikonsumsi oleh umat Muslim sesuai dengan hukum Islam.
"Thoyyibah" berarti "baik dan bergizi" atau "bersih", dan mengacu pada makanan atau minuman yang sehat dan bersih, serta memenuhi standar kesehatan dan kebersihan yang baik.
-
Jasa Pembuatan Aplikasi Smartphone (Gawai) Android OS
-
Jasa Backlink DoFollow Berkualitas Dari Berbagai Topik
-
Pembuatan Aplikasi Berbasis Web Sistem Manajemen Sekolah
-
Jasa Pembuatan Software Desktop PC dan Laptop Microsoft Windows
Jadi, "Halalal Thoyyiba" mengacu pada makanan atau minuman yang tidak hanya halal atau dibolehkan oleh hukum Islam, tetapi juga sehat, bergizi, bersih, dan memenuhi standar kebutuhan fisik manusia.
Dalam Islam, mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thoyyibah sangat dianjurkan sebagai bagian dari cara hidup yang sehat dan berkualitas. Contoh makanan dan minuman yang halal dan thoyyib dalam Islam adalah madu dan kurma.
Menurut ajaran Islam, konsumsi yang baik dan benar adalah konsumsi yang sesuai dengan syariat Islam, yaitu konsumsi yang halal dan tidak mengandung unsur riba, gharar, ma'siyat, dan maksiat.
Berikut adalah beberapa prinsip konsumsi yang baik dan benar menurut Islam:
Pertama, makanan dan minuman harus halal.
Tidak boleh mengonsumsi makanan atau minuman yang diperoleh dari cara-cara yang tidak halal, seperti hasil mencuri, merampok, atau korupsi.
Kedua, konsumsi harus seimbang dan sehat.
Tidak boleh mengonsumsi makanan atau minuman yang berlebihan, atau yang berbahaya bagi kesehatan. Ketiga, konsumsi harus memperhatikan hak-hak orang lain.
Tidak boleh membeli atau mengonsumsi produk yang diproduksi dengan memanfaatkan kerja paksa atau hak-hak buruh yang dilanggar.
Keempat, konsumsi harus memperhatikan lingkungan.
Tidak boleh membuang sampah sembarangan, atau mengonsumsi produk yang merusak lingkungan.
Kelima, tidak boleh berlebihan.
Yaitu berlebih-lebihan dalam konsumsi yang mengarah kepada kemewahan atau kesombongan.
Haji dan Umroh Dengan Travel Amanah Sesuai Sunnah Nabi SAW! Cara Nulis Iklan Yang Klik Dengan Berbagai Target Pasar Bisnis Anda Mau Anak Usia Dini Anda Bisa Lancar Membaca Dan Menulis Al-Qur’an? 50+ Teknik Copywriting Yang Bikin Gendut Saldo Rekening BankIklan Afiliasi
Keenam, Tidak boleh mengonsumsi barang yang dilarang oleh agama Islam
Sseperti barang yang dzatnya haram, minuman yang memabukkan seperti minuman keras (miras), narkotika, dan berbagai jenis dzat adiktif lainnya.
Transformasi Perubahan Zonasi Di Bulan Suci Ramadhan
Perubahan kedua adalah perubahan zonasi yang maknanya adalah perubahan lingkungan dimana kita bergaul. Perubahan zonasi berkaitan dengan perubahan hubungan persahabatan.
Sebab sahabat adalah cermin diri kita. Maka, lihatlah hari ini kita ini bersahabat dengan siapa. Ada pepatah mengatakan bahwa jika kita bersahabat dengan tukang jualan minyak wangi, setidaknya kita tertempel wanginya.
Lihatlah perbedaan antara lebah dan lalat yang memiliki zonasi berbeda, maka hasilnyapun berbeda. Lebah menghasilkan madu, sementara lalat menghasilkan bakteri penyebab penyakit.
Sebaliknya, jika kita bersahabat dengan tukang judi, maka orang lain akan menganggap kita juga sebagai penjudi. Jika kita bergaul di lingkungan orang terpelajar, maka kita akan termotivasi menjadi pembelajar.
Jika kita bergaul dan hidup di lingkungan hiburan, maka setidaknya telingan kita tiap hari akan mendengarkan musik dan hiburan.
Bersambung ke bagian 7B
Diedit dari tulisan berjudul, "Ramadhan Transformatif", 31 Maret 2023, oleh Dr. Ahmad Sastra, M.M. (Dosen Filsafat Islam).
RuangMuamalah.id didukung oleh pembaca. Kami dapat memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Komisi afiliasi ini kami gunakan untuk pengelolaan website dan perpanjangan sewa domain serta hosting. Jazakallah khoir.